Mereka yang Berjasa Dalam Bidang Hadits (2)


A.    Pendahuluan
Para ulama hadits, mulai dari kalangan sahabat Nabi SAW sampai kepada para ulama yang datang setelah sahabat, banyak yang telah melakukan penghimpunan dan bahkan pengkodifikasian terhadap hadits. Kemudian diantara para ulama tersebut ada yang melakukan penyeleksian antara hadits shahih dan yang tidak shahih. Dari merekalah hingga hadits-hadits bisa sampai kepada kita berkat perjuangan mereka memelihara dan menyebarluaskan hadits.
Pembahasan berikut ini akan menguraikan sejumlah ulama hadits yang hidup pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah yang terkenal dengan sebutan Ashabus Sunan, yaitu Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasa’i dan Imam Ibnu Majah dan sebagai pelengkap disertakan pula biografi Imam Ahmad bin Hanbal,
seorang ulama imam Mazhab sekaligus ahli hadits terkemuka. Mereka semua telah berjasa dalam mempelopori dan melakukan pengumpulan dan pembukuan hadits, baik pembukuan dalam bentuk tahapan awal yang bersifat sangat sederhana, demikian pula pada masa penyempurnaannya dengan melakukan pemisahan antara yang hadits Nabi SAW dengan yang bukan, dan antara yang diterima dan yang ditolak.
B.     Pembahasan
1.      Biografi Imam Abu Dawud
a.       Kelahiran Beliau
Nama beliau adalah Imam Abu Dawud Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq al-Sijistany. Lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-Sijistani. Beliau adalah imam dan tokoh ahli hadits, serta pengarang kitab sunan. Sijistan adalah tempat kelahiran beliau yang terletak antara Iran dan Afghanistan. Beliau dilahirkan pada tahun 202 H (817 M).
Abu Dawud kecil sangat mencintai ilmu yang membawanya banyak bergaul dengan para ulama dan mendapatkan ilmu dari mereka. Bahkan beliau sudah berani mengadakan rihlah ke berbagai daerah untuk belajar sebelum tumbuh dewasa. Diantara daerah yang beliau kunjungi antara lain; Khurasan, Rayy, Harat, Kufah, Baghdad, Tarsus, Damaskus, Mesir dan Bashrah.
Dari tempat-tempat ini beliau juga mengumpulkan hadits-hadits yang beliau terima dari ulama setempat, menyusun lalu menulisnya pada kitab sunan. Dan dengan kitab sunan tersebut beliau mengajarkan fiqh dan hadits di Baghdad. Untuk penulisan hadits beliau rela menghabiskan waktu 20 tahun lamanya di kota Tarsus.
b.      Guru  dan Murid Beliau
Diantara ulama yang diambil haditsnya oleh beliau, antara lain Sulaiman ibn Harb, Ustman ibn Abi Syaibah, Abdullah bin Maslamah al-Qa’naby, Abu Walid al-Thayalisy, Abu Amar al-Hawdhi, Ibrahim bin Musa al-Farra’, Ahmad bin Hanbal, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abdullah bin Raja’, Qutaibah bin Sa’id dan lain-lain.
Sedangkan hadits beliau di ambil oleh an-Nasa’i, Abu ‘Awanah, at-Tirmidzi, Ya’qub bin Ishaq al-Isfirayini, Ali bin Abdu al-Shamad, Ahmad ibn Muhammad ibn Harun dan lain-lain seperti Abu Bakr bin Abu Dawud, Abu Awana,  Abu Sa’id al Arabi, Abu Ali al Lu’lu’i, Abu Bakr bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al Jaldawi, dan banyak lagi.
c.       Pujian Ulama Kepada Beliau
Beliau adalah seorang hafidz, lautan ilmu, terpercaya dan memiliki keilmuan tinggi terutama dalam bidang hadits. Para ulama sangat menghormati kemampuan, kejujuran dan ketakwaan beliau yang luar biasa. Tidak hanya seorang perawi, penghimpun dan penyusun hadits, beliau juga ahli hukum yang handal dan kritikus hadits yang baik.
Para ulama juga sepakat bahwa beliau hafidz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, wara’ dan memiliki pemahaman yang tajam, baik dalam ilmu Hadits maupun lainnya.
Musa bin Harun berkata, “Abu Dawud diciptakan di dunia untuk hadits dan di akhirat untuk surga. Aku tidak pernah melihat orang yang lebih utama dari dia.”
Ibrahim al-Harbi, seorang ulama hadits berkata ketika Abu Dawud menyusun Kitab Sunan, “Hadits dilunakkan bagi Abu Dawud, sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Daud.” Ini adalah bentuk perumpamaan untuk keistimewaan ahli hadits yang telah mempermudah yang rumit dan mendekatkan yang jauh serta memudahkan yang sukar.
Abu Bakr al-Khallal, seorang ulama hadits dan fikih terkemuka yang bermazhab Hanbali, berkata, “Abu Dawud adalah imam terkemuka pada zamannya, penggali beberapa bidang ilmu sekaligus mengetahui tempatnya dan tak seorang pun di masanya dapat menandinginya.”
d.      Karya Beliau
Di antara karya Imam Abu Dawud, antara lain Kitab Sunan (Sunan Abu Dawud), Kitab al-Marasil, Masail al-Imam Ahmad, Qaul Qadar, an-Nasikh wa al-Mansukh, Fadhail al-Anshar, az-Zuhd, Risalah fi Wasfh Kitab al-Sunan, Ijabat ‘an Sawalat al-‘Ajuri, As’ilah ‘an Ahmad ibn Hanbal, Tasmiyat al-Akhwan, al-Ba’ts wa an-Nusyur, al-Masail allati Halafa al-Anshar, Musnad Malik, al-Du’a, Ibtida’ul Wahyi, al-Tafarrud fi as-Sunan, Akhbarul Khawarij, A’lam al-Nubuwwat dan lain-lain. Di antara kitab yang paling terkenal adalah Kitab Sunan, yang biasa dikenal dengan Sunan Abu Dawud.
Sunan abu Dawud merupakan karya terbesar beliau. Beliau mengaku telah mendengar hadits Rasulullah SAW sebanyak 500.000 buah. Dari jumlah tersebut beliau seleksi dan ditulis dalam Sunan Abu Dawud sebanyak 4800 hadits, sebagian ulama menghitungnya 5274 hadits. Beliau membagi Sunannya dalam beberapa kitab dan tiap kitab dibagi beberapa bab. Jumlah kitab sebanyak 35 buah di antaranya 3 kitab yang tidak dibagi dalam bab-bab. Sedangkan jumlah babnya ada 1871 bab. Dalam setiap babnya beliau tidak mencantumkan lebih dari dua hadits.
Imam Abu Dawud dalam menyusun Kitab Sunan ini tidak hanya memuat hadits shahih saja, namun juga memasukkan hadits hasan dan dha’if yang tidak dibuang oleh ulama hadits. Beberapa ulama mengkritik Abu Dawud karena ditengarai memuat hadits maudu’, di antaranya adalah Ibnul Jauzi. Beliau mengatakan ada beberapa hadits maudu’ dalam Sunan Abu Dawud, namun kritikan beliau disanggah oleh Jalaludi as Suyuthi. Kitab Sunan ini kemudian menduduki rangking ketiga setelah kitab Shahihayn.
Imam Ghazali menilai cukup, bahwa kitab Sunan Abu Dawud tersebut dibuat pegangan bagi para mujtahid. Ibnu al-Araby mengatakan, “Barangsiapa di rumahnya ada al-Qur’an dan Kitab Sunan Abu Dawud ini tidak memerlukan kitab lain.”
e.       Akhir Hidup  Beliau
Dalam sejarah hidupnya beliau bermukim di Bashrah dengan kehidupan yang penuh kegiatan ilmu, mengumpulkan dan menyebarluaskan hadits. Hingga beliau menghembuskan nafas terakhir di sana pada hari Jum’at, 15 Syawal 275 H (889 M), tetapi ada yang berpendapat beliau meninggal pada tanggal 16 Syawal. Semoga Allah senantiasa memberi rahmat kepadanya.
2.      Biografi Imam al-Tirmidzi
a.      Kelahiran Beliau
Imam Tirmidzi bernama lengkap Abu Isa Muhammad bin Isa bin Tsaurah bin Musa bin adl-Dlahak as-Sulami al-Bughi al-Tirmidzi. Dilahirkan di kota Turmudz, sebuah kota yang berjuluk ma wara’an nahr sebagaimana kota Bukhara tempat kelahiran Imam Bukhari sebab terletak di pinggiran sungai Amuderiya, utara Iran (tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa Tirmidz merupakan kota yang terletak di sebelah selatan sungai Jihun, selatan Iran). Beliau dilahirkan di sana pada Dzulhijjah 200 H (bertepatan 824 M).
Beliau tumbuh dan besar di tempat kelahiran beliau tersebut. Di sini pula beliau mendengar ilmu sebelum memulai rihlah ilmiahnya. Beliau pernah menceritakan bahwa kakek beliau adalah orang Marwa, kemudian berpindah dari Marwa ke Tirmidz, dan ini menunjukan bahwa beliau lahir di Tirmidz.
b.      Perjalanan Mencari Ilmu dan Hadits
Setelah merasa cukup bekal dari kampung halaman, Imam Tirmidzi mulai keluar dari negerinya pada tahun 234 H melakukan rihlah menuntut ilu. Diantara daerah tujuan beliau adalah Khurasan, Iraq dan Haramain. Di sana beliau mendengar ilmu dan juga hadits dari kalangan ulama yang beliau temui, sehingga dapat mengumpulkan hadits dan memahaminya.
Beberapa tahun dalam pengembaraan, beliau kembali ke kampung halaman. Kemudian kembali melakukan rihlah ke Bukhara dan Naisabur dan tinggal di Bukhara beberapa lama. Sehingga negeri-negeri yang beliau pernh masuki antara lain: Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah dan ar Ray.
c.       Guru dan Murid Beliau
Imam Tirmidzi menuntut ilmu dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama  kenamaan, seperti Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Muhammad bin ‘Amru as Sawwaq al Balkhi, Mahmud bin Ghailan, Isma’il bin Musa al Fazari, Ahmad bin Mani’, Abu Mush’ab az Zuhri, Basyr bin Mu’adz al Aqadi, Al Hasan bin Ahmad bin Abi Syu’aib, Abi ‘Ammar al Husain bin Harits, Abdullah bin Mu’awiyah al Juhami, ‘Abdul Jabbar bin al A’la, Abu Kuraib, ‘Ali bin Hujr, ‘Ali bin Sa’id bin Masruq al Kindi, ‘Amru bin ‘Ali al Fallas, ‘Imran bin Musa alQazzaz, Muhammad bin Aban al Mustamli, Muhammad bin Humaid ar Razi, Muhammad bin ‘Abdul A’la, Muhammad bin Rafi’, Muhammad bin Yahya al ‘Adani, Hannad bin as Sari, Yahya bin Aktsum, Yahya bin Hubaib dan lain-lain.
Beliau memiliki murid yang tak kalah banyak dengan guru beliau. Antara lain adalah Abul ‘Abbas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub, Abu Bakr Ahmad bin Isma’il as Samarqandi, Abu Hamid ‘Abdullah bin Daud al Marwazi, Ahmad bin ‘Ali bin Hasnuyah al Muqri’, Ahmad bin Yusuf an Nasafi, Ahmad bin Hamduyah an Nasafi, Al Husain bin yusuf al Farabri , Hammad bin Syair al Waraq, Daud bin Nashr bin Suhail al Bazdawi, Ar Rabi’ bin Hayyan al Bahili, ‘Abdullah bin Nashr saudara Al Bazdawi, ‘Abd bin Muhammad bin Mahmud an Safi, ‘Ali bin ‘Umar bin Kultsum as Samarqandi, Al Fadhl bin ‘Ammar ash Sharram, Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad an Nasafi, Abu Ja’far Muhammad bin Sufyan bin an Nadhr an Nasafi al Amin, Muhammad bin Muhammad bin Yahya al Harawi al Qirab, Muhammad bin Mahmud bin ‘Ambar an Nasafi, Muhammad bin Makki bin Nuh an Nasafi, Musbih bin Abi Musa al Kajiri, Makhul bin al Fadhl an Nasafi, Makki bin Nuh, Nasr bin Muhammad bin as lama Sabrah, Al Haitsam bin Kulaib dan ulama-ulama lainnya.
d.     Perkataan Ulama Atas Beliau
Para ulama banyak yang mengagumi keilmuan dan kecerdasan beliau yang tinggi. Imam Bukhari berkata kepada Imam Tirmidzi, “Ilmu yang aku ambil manfaatnya darimu itu lebih banyak ketimbang ilmu yang engkau ambil manfaatnya dariku.”
Al-Hafidz ‘Umar bin ‘Alak menuturkan, “Bukhari meninggal dan dia tidak meninggalkan di Khurasan orang yang seperti Abu ‘Isa (Tirmidzi) dalam hal ilmu hafalan, wara’ dan zuhud.”
Ibnu Hibban menuturkan, “Abu ‘Isa adalah sosok yang mengumpulkan hadits, membukukan menghafal dan mengadakan diskusi dalam hal hadits.”
Abu Ya’la al-Khalili menuturkan, “Muhammad bin ‘Isa at-Tirmidzi adalah seorang yang tsiqah menurut kesepakatan para ulama, terkenal amanah dan dalam keilmuannya.”
Abu Sa’d al-Idrisi menuturkan, “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang diikuti dalam hal ilmu hadits, beliau telah menyusun kitab al Jami’, Tarik dan ‘Ilal dengan cara yang menunjukan bahwa beliau adalah seorang ‘alim yang kapabel. Beliau adalah seorang yang menjadi contoh dalam hal hafalan.”
Al-Mubarak bin al-Atsram menuturkan, “Imam Tirmidzi merupakan salah seorang imam yang hafidz dan tokoh.”
Al-Hafizh al-Mizzi menuturkan, “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam yang menonjol dan termasuk orang yang Allah jadikan orang mengambil ilmu darinya.”
Adz-Dzahabi menuturkan, “Imam Tirmidzi adalah seorang hafizh, ‘alim dan imam yang kapabel.”
Ibnu Katsir menuturkan, “Imam Tirmidzi adalah salah seorang imam dalam bidangnya pada zaman beliau.”
 e.      Karya Beliau
Imam Tirmidzi memiliki beberapa karya, antara lain: Kitab al Jami’ yang terkenal dengan Sunan Tirmidzi, al ‘Ilal, at-Tawarikh, al-‘Ilal al-Kabir, Syamail, Asma’ as-Shahabah, al-Asma’ wal Kuna, al-Atsar al-Mawqufah.
Sunan at-Tirmidzi merupakan karya teranyar beliau yang diselesaikan pada 10 Dzulhijjah 270 H. Tirmidzi dalam menyusun kitab Sunannya tidak hanya mengumpulkan hadits shahih saja, namun juga beserta hadits yang hasan, dha’if, gharib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya. Kitab Sunan tersebut di bagi kedalam 50 kitab dengan hadits berjumlah 3956 buah.
Imam Tirmidzi mengatakan bahwa semua haditsnya bersifat ma’mul (bisa diamalkan). Namun demikian beberapa ulama memberikan kritikan terhadap sunan beliau tersebut, seperti al-Imam Abul Faraj Ibnul Jauzi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah al-Harani dan Syamsyudin adz Dzahabi. Sebab ternyata beliau menerima riwayat dari pemalsu hadits, al-Maslub dan al-Kalbi. Sehingga derajat Sunan at-Tirmidzi dibawah Sunan Abu Dawud dan an-Nasa’i. D
Salah satu kitab syarah terbaik yang mengomentari Sunan at-irmidzi ini adalah kitab syarah karangan al-Allamah ‘Abdurrahman al Mubarakfuri yang berjudul Tuhfatul Ahwadzi, dan berjumlah 4 jilid.
f.       Akhir Kehidupannya
Detik-detik menjelang tutup usia Imam Tirmidzi mengalami kebutaan, hingga beberapa tahun lamanya beliau hidup sebagai tuna netra. Setelah itu Imam Tirmidzi meninggal duniu di tempat kelahiran beliau, Tirmidz pada malam senin 13 Rajab 279 H bertepatan dengan 8 Oktober 892 M, dalam usia 70 tahun.
3.      Biografi Imam al-Nasa’i
a.       Kelahiran Beliau dan Perjalanan Menimba Ilmu
Beliau dilahirkan pada tahun 215 H di kota Nasa’ yang masih termasuk wilayah Khurasan, dengan nama Abu Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani al-Nasa’i.
Sejak usia 15 tahun, beliau telah melakukan pengembaraan untuk menuntut ilmu dan mempelajari hadits. Guru pertama beliau adalah Qutaibah bin Sa’id. Beliau bersama Qutaibah selama kurnag lebih setahun lamanya Sehingga banyak menimba ilmu dan mendengar hadits darinya.
Berbekal hafalan dan pemahaman yang kuat sehingga beliau banyak medengar dan menghafalkan haditshadits yang banyak dari para imam dan huffadz. Dan dengan kejelian dan keteliatian yang tinggi beliau mengumpulkan dan menuliskan hadits-hadits hafalannya, hingga menguasai disipilin ilmu hadits. Selain itu, beliau juga memiliki kekuatan kritik yang detail dan akurat yang menunjukkan tendensi beliau tidak sekedar meriwayatkan hadits saja. Tetapi beliau juga aktif mensterilkan syari’at dari bid’ah.
Banyaknya hadits yang beliau riwayatkan sebanding dengan banyaknya daerah yang telah beliau kunjungi. Sebutlah misalnya Khurasan, Baghdad, Kufah, Bashrah, Haran, Mausil, Syam, Hijaz dan Mesir. Sehingga dalam lawatan panjang beliau tersebut beliau banyak mendengar hadits-hadits dari ulama, huffadz dan para syaikh setempat.
b.      Guru, Murid dan Karya Beliau
Jam terbang yang tinggi ternyata membuat intelektualitas Imam an-Nasa’i menjadi semakin matang dan berisi. Ini semua tidak lepas dari persiapan beliau dalam proses pembelajaran di kampung halaman sebelum keluar daerah lain. Proses inilah yang kemudian membentuk intelektualitas beliau. Sehingga ketika rihlah beliau memberi andil besar terhadap proses pematangan dan perluasan pengetahuan.
Di antara guru yang berjasa dalam peningkatan pengetahuan an-Nasa’i adalah Qutaibah bin Sa’id,  Ishaq bin Ibrahim, Hisyam bin ‘Ammar, Suwaid bin Nashr, Ahmad bin ‘Abdah Adl-Dabbi, Abu Thahir bin as-Sarh, Yusuf bin ‘Isa az-Zuhri, Ishaq bin  Rahawaih, Al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud, Imam Abu Isa at-Tirmidzi dan lain sebagainya.
Diantara murid-murid beliau adalah Abu al-Qasim at-Thabrani, Ahmad bin Muhammad bin ‘Isma’il an-Nahhas an-Nahwi, Hamzah bin Muhammad al-Kinani, Muhammad bin Ahmad bin al-Haddad asy-Syafi’i, Al-Hasan bin Rasyiq, Muhammad bin Abdullah bin Hayuyah an-Naisaburi, Abu Ja’far at-Thahawi, Al-Hasan bin al-Khadir al-Asyuti, Muhammad bin Mu’awiyah bin al-Ahmar al-Andalusi, Abu Basyar ad-Dulabi, Abu Bakr Ahmad bin Muhammad as-Sunni, dan lain-lain.
f.       Pujian Ulama Kepada Beliau
Seperti para ulama hebat lainnya, beliau banyak mendapatkan sanjungan pula dari para ulama. Sebagian muhadditsin menilai, bahwa lebih hafidz dan lebih tinggi pengetahuannya di bidang hadits dibanding Imam Muslim.
Abu Bakr al Haddad asy Syafi’I menuturkan, “Aku ridha dia sebagai hujjah antara aku dengan Allah.”
Beliau mendapat julukan salah seorang imam kaum muslimin. Beliau juga seorang imam yang layak mendapat gelar imam, khusunya dalam bidang hadits, tsiqoh, tsabat dan hafidz. Di masanya, beliau lebih didahulukan dari sema orang dalam disiplin ilmu hadits.
Al-Khalili menuturkan, “Beliau adalah seorang hafizh yang kapabel, diridhai oleh para hafizh, para ulama sepakat atas kekuatan hafalannya, ketekunannya, dan perkataanya bisa dijadikan sebagai sandaran dalam ilmu jarhu wa ta’dil.”
g.      Karya-karya Beliau
Beberapa hasil karya brilian beliau, anatara lain: as-Sunan al-Kubra, as-Sunan al-Mujtaba’, at-Tamyiz, al-Dhu’afa’, Khashish Ali, Musnad ‘Ali, Musnad Malik, Manasik al-Hajj, at-Tafsir, al-Kuna, ‘Amalu al-Yaum wa al-Lailah, Tasmiyatu Fuqaha’i al-Amsar, Tasmiyatu Man Lam Yarwi ‘Anhu Ghaira Rajulin Wahid, Dzikru Ma ‘Anhu Haddatsa Ibnu Abi Arubah, Asma’u ar-Ruwah wa at-Tamyiz Bainahum, al-Ikhwah, al-Ighrab, Musnad Manshur bin Zadzan, al-Jarhu wat Ta’dil dan lain-lain.
Dari sekian banyak karya tersebut, Sunan al-Kubra’ merupakan yang paling utama yang akhirnya terkenal dengan Sunan an-Nasa’i. Kitab Sunan tersebut dihadiahkan kepada seorang Amir di Ramallah. Kemudian beliau diperintahkan Amir tersebut untuk menyeleksi yang shahih saja dari kitab Sunan al-Kubra’ tersebut. Kemudian hasil seleksi tersebut menghasilakan kitab yang diberi nama al-Mujtaba min as-Sunan yang kemudian dikenal dengan as-Sunan as-Shugra.
Sunan an Nasa’i menghimpun sejumlah 51 kitab dengan jumlah hadits 5774 buah. Para ahli hadits banyak yang berpedoman pada pada an-Nasa’i dari sisi periwayatan. Dan sunan beliau dekat derajatnya dengan Sunan Abi Dawud. Jalaludin as-Suyuthi memberikan syarah yang sangat singkat yang berjudul Zahrur Raba’ ‘Alal Mujtaba. Selain beliau seorang muhaddits India yang bernama al-Allamah Abul Hasan Muhammad bin Abdul Hadi al-Hanafi as-Sindi memberi syarah yang lebih detil dibanding as-Suyuthi.
h.      Akhir Hayat Beliau
Setahun menjelang kewafatannya, beliau pindah dari Mesir ke Damsyik. Kemudian pada tahun 302 H beliau melaksanakan ibadah haji dan menetap beberapa saat di Mekkah. Dan disinilah beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Senin 13 Safar 303 H (915 M) dan dimakamkan diantara Shafa dan Marwah. Tetapi ada pendapat yang mengatakan beliau meninggal di Ramallah dan dikebumikan di Baitul Maqdis.
4.      Biografi Ibnu Majah
a.       Kelahiran Beliau
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid bin Majah al-Qazwini. Beliau lahir di Qazwin, salah satu kota di Iran pada tahun 207 H (824 M). Di kota ini pula beliau tumbuh dewasa lalu keluar mencari ilmu.
Guru pertama beliau dalam adalah Ali ibn Muhammad al-Tanafasi, seorang yang tsiqah, berwibawa dan yang banyak meriwayatkan hadits. Beliau banyak belajar hadits diberbagai kota di Iraq, Hijaz, Mesir dan Syam. Tidak hanya hadits, beliau juga banyak mendalami tafsir dan tarikh dalam pengembaraannya tersebut.
b.      Guru dan Murid Beliau
Di antara guru beliau adalah ‘Ali bin Muhammad ath-Thanafusi, Jabbarah bin al-Mughallas, Mush’ab bin ‘Abdullah az-Zubair, Suwaid bin Sa’id, Abdullah bin Mu’awiyah al-Jumahi, Muhammad bin Ramh, Ibrahim bin Mundzir al-Hizami, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Abu Bakr bin Abi Syaibah, Hisyam bin ‘Ammar, Abu Sa’id al-Asyaj, dan yang lainnya.
Keluasan ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang mengambil ilmu darinya, di antara mereka adalah Muhammad bin Isa al-Abhari, Abu Thayyib Ahmad al-Baghdadi, Sulaiman bin Yazid al-Fami, Ali bin Ibrahim al-Qaththan, Ishaq bin Muhammad, Muhammad bin Isa ash-Shiffar, Ali bin Sa’id al-Askari, Ibnu Sibuyah, Wajdi Ahmad bin Ibrahim, dan yang lainnya.
c.       Sanjungan Ulama Pada Beliau
Ibnu Majah adalah seorang tsiqah kabir, muttafaq’alaih, dapat dijadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam  masalah hadits, dan hafalan, ahli tafsir, hafidz. Ibnu Katsir menuturkan, “Ibnu Majah adalah pemilik kitab as-Sunan yang masyhur. Ini menunjukkan amalnya, ‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta ittiba’nya terhadap sunnah dalam hal perkara-perkara dasar maupun cabang.”
d.      Karya Beliau
Beliau memiliki bebeerapa karya utama, diantaranya adalah, Kitab as-Sunan, at-Tafsir dan at-Tarikh.
Kitab sunan ini kemudian yang terkenal dengan Sunan Ibnu Majah dan merupakan salah satu sunan yang empat. Dalam penysusunannya, Ibnu Majah menyusun kitabnya dengan sistematika fikih, yang tersusun atas 32 kitab dan 1500 bab dan jumlah haditsnya sekitar 4341 hadits. Dari jumlah tersebut, 3002 hadits telah diriwayatkan oleh pengarang al-Kutub as-Sittah. Sehingga sebanyak 1.339 hadits diriwayatkan oleh beliau sendiri, dengan rincian; 428 hadits shahih, 199 hadits hasan, 613 hadits lemah isnad, 99 hadits mungkar dan makhzub. Sunan Ibnu Majah ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya tidak banyak mengalami pengulangan dan penyusunannya berdasarkan judul dan sub-sub judul.
e.       Akhir Kehidupan Beliau
Beliau meninggal pada hari senin, 21 Ramadhan 273 H (887 M). Dikuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada beliau.
 5.      Biografi Imam Ahmad
a.       Kelahiran
Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al Marwazi al Baghdadi atau lebih dikenal Imam Hanbali. Tempat kelahiran beliau adalah di Marwa (saat ini Mary di Turkmenistan, utara Afganistan dan utara Iran) di Kota Baghdad, Iraq pada tahun 164 H (780 M). Beliau adalah seorang ahli hadits dan teologi Islam. Dan gelar beliau adalah Imam Ahlus Sunnah, dikarenakan ketegaran beliau dalam menjaga sunnah.
b.      Rihlah Menuntut Ilmu
Beliau lebih banyak mencari ilmu di Baghdad sebelum mengembara ke daerah lain. Ilmu yang pertama kali dikuasai adalah al-Qur’an hingga beliau dapat menghafalnya dalam usia 15 tahun. Setelah itu beliau konsentrasi belajar ilmu hadits.
Untuk menambah pengetahuan terutama di bidang hadits, beliau melakukan rihlah ke berbagai daerah. Diantara yang beliau kunjungi adalah Syam, Hijaz, Yaman, dan lain sebagainya hingga menjadi ahli hadits terkenal yang memiliki pengetahuan yang banyak tentang atsar sahabat dan tabi’in.
c.       Pujian Ulama Terhadap Beliau
Imam Ahmad banyak medapatkan pujian dari ulama semasanya maupun setelahnya. Imam Syafi’i misalnya, pernah berkata tentang beliau, “Imam Ahmad bin Hanbal adalah imam dalam delapan hal; Imam dalam hadits; Imam dalam Fikih; Imam dalam bahasa; Imam dalam al Qur’an; Imam dalam kefakiran; Imam dalam Kezuhudan dan Imam dalam Kewara’an serta Imam dalam sunnah.”
Imam al-Harbi juga memujinya, “Saya melihat Abu Abdillah Ahmad bin Hanbal seolah Allah gabungkan padanya ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan dari berbagai disiplin ilmu.”
Imam Ahmad adalah seorang yang sangat pemalu, sangat mulia dan sangat baik pergaulannya serta adabnya dan banyak berpikir. Tidak terdengar darinya kecuali mudzakarah hadits dan menyebut orang shalih dengan penuh hormat dan tenang serta dengan ungkapan yang indah. Bila berjumpa dengan manusia, maka ia sangat ceria dan menghadapkan wajahnya kepadanya. Ia sangat rendah hati terhadap guru-gurunya serta menghormatinya.
Beliau juga adalah seorang yang sangat zuhud, wara’ dan selalu menjaga diri, tawadhu dengan kebaikannya dan selalu bersabar dalam menuntut ilmu serta penuh kehati-hatian dalam memberi fatwa.
d.      Guru, Murid dan Karya Beliau
Imam Ahmad berguru kepada banyak ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya. Di antara mereka adalah Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad al-Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar as-Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin ‘Uyainah, Abdurrazaq, Ibrahim bin Ma’qil, dan lain sebagainya.
Telah banyak ulama hadits yang belajar kepada Imam Ahmad bahkan diantara mereka ada yang pernah menjadi gurunya. Diantara murid yang paling menonjol adalah Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam asy- Syafi’i, Shalih bin Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Hanbal bin Ishaq.
Beliau menulis kitab al-Musnad al-Kabir yang termasuk sebesar-besarnya kitab “Musnad” dan sebaik-baik karangan beliau dan sebaik-baik penelitian hadits. Ia tidak memasukkan dalam kitabnya selain yang dibutuhkan sebagai hujjah. Kitab Musnad ini berisi lebih dari 25.000 hadits dari sejuta hadits yang beliau hafalkan.
Selain musnad, beliau juga memiliki beberapa karya; Kitab Tafsir, Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh, Kitab at-Tarikh, Kitab Hadits Syu’bah, Kitab al-Muqaddam wa al- Mu’akkhar fi al-Qur’an, Kitab Jawabah al- Qur’an, Kitab al-Manasik al-Kabir, Kitab al-Manasik as-Shaghir, Kitab al-‘Ilal, Kitab al-Manasik, Kitab az-Zuhd, Kitab al-Iman, Kitab al-Masa’il, Kitab al-Asyribah, Kitab al-Fadha’il, Kitab Tha’ah ar-Rasul, Kitab al-Fara’idh, Kitab ar-Radd ala al- Jahmiyyah dan banyak lagi.
e.       Akhir Kehidupan Beliau
Beliau wafat pada hari Jumat bulan Rabiul Awal tahun 241 H di Baghdad dan dikebumikan di Marwaz. Sebagian ulama menerangkan bahwa disaat meninggalnya jenazahnya diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 60.000 orang perempuan. Saat itu pula sebanyak 20.000 orang dari kaum Nashrani, Majusi dan Yahudi masuk Islam.
C.     Penutup
1.      Kesimpulan
Perjalanan ilmiah para Ashabus Sunan dan Imam Ahmad perlu menjadi contoh bagi kita semua. Adapun menurut urutan tahun mereka disusun mulai Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, Imam Tirmidzi, Imam an-Nasa’i dan Imam Ibnu Majah.
Hubungan mereka dalam meriwayatkan suatu hadits diantaranya dengan cara bertemu, jadi bagi mereka yang hidupnya semasa atau seabad mereka bisa bertemu dan mendiskusikan hadits. Contohnya Imam Bukhari dan Muslim mengambil ilmu-ilmu hadits dari Imam Ahmad bin Hanbal.
2.      Saran
Selesainya makalah ini tidak menjamin kesempurnaannya. Sehingga diharapkan masukan dan sarannya untuk perbaikannya.
Kepada teman-teman The Last Twenty of 6th Generation of STIS Hidayatullah Balikpapan untuk tidak menyerah dan pasrah dengan keadaan. Jangan ada kata-kata penyerahan dan pasrah dalam perjuangan ini, sebab semuanya akan akan menghilangkan kekuatan. Demikian pula dengan rasa gengsi, jangan dipelihara sebab akan menjadi beban. Terakhir, belajarlah sebagai sebuah kewajiban.


Referansi:
Drs. Munzier Suparta, MA., Ilmu Hadits, (Jakarta: Rajawali Press, 2002).
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadits, (Jakarta: Amzah, 2008).
Musthafa al-A’zhami, Metodologi Kritik Hadits, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992).
Ajaj al-Khatib, al-Mukhtashar al-Wajiz fi Ulum al-Hadits, (Beirut: Muassasah Risalah, 1985).
Dan lain-lain
Mereka yang Berjasa Dalam Bidang Hadits (2) Mereka yang Berjasa Dalam Bidang Hadits (2) Reviewed by Cak Dul on 08:36 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Syukran telah berkunjung. Silahkan beri komentar membangun.

ads
Diberdayakan oleh Blogger.