Persiapan Endurance Ramadhan
Beberapa hari ini saya tergerak lagi untuk kembali menjajal olahraga jogging. Kebetulan beberapa waktu sebelumnya, BMH meluncurkan program virtual run sambil infak bernama RUNMadhan 1446 H. Ada tiga pilihan jarak yang ditawarkan: 10K, 30K, dan 99K. Itulah sebabnya saya mencoba jogging lagi, untuk mengukur kemampuan saya dalam memilih salah satu dari ketiga opsi tersebut.
Di Masamba dulu, sekitar tahun 2020, saya rutin berlari. Rute utamanya biasanya dari kampus Incor menuju lapangan Tamsis. Setelah beberapa kali berputar di lapangan, saya kembali lewat samping Bandara Andi Djemma, terus melaju di jalan poros, dan masuk ke pondok lewat lorong Ulu Bete.
Total jarak rute tersebut, pulang-pergi, sekitar 5 hingga 6 KM. Jaraknya tergantung pada berapa banyak putaran yang saya ambil di lapangan Tamsis. Namun, menurut saya, jarak tersebut terasa ringan untuk diselesaikan dalam 30 menit.
Saya juga pernah mencoba rute lain yang lebih jauh. Misalnya, via Jalur Lingkar ke arah poros Malangke dan tembus di Tamsis. Atau via Jalur Lingkar menuju Terminal Bis, tembus Pasar Sentral, lalu terus naik ke arah Simpurusiang, kompleks kantor Bu Indah (dulu, sewaktu beliau menjabat).
Kini, memasuki tahun 2025, kondisi mulai berubah. Sabtu kemarin, data jogging terakhir saya sangat menyedihkan. Saya hanya mampu berlari selama 20 menit dengan pace 9,8. Nyaris masuk pace 10—pace terendah seorang pelari. Tragis! Saya jadi ragu untuk bisa ikut RUNMadhan, bahkan dengan pilihan jarak paling minimalnya sekalipun, yaitu 10KM. Maaf, BMH!
Empat tahun tanpa rutinitas lari yang konsisten rupanya telah membuat endurance saya menurun drastis. Setiap langkah begitu berat, napas cepat tersengal, dan itu diperparah dengan lemak menumpuk di sekitar lingkar perut. Ya, Salaam.
Namun, kondisi ini justru mendorong saya untuk merenungkan pentingnya endurance dan relevansinya dengan Ramadhan yang akan datang 40 hari lagi. Saya yakin, kesuksesan menyelesaikan "tantangan" ibadah selama Ramadhan juga dipengaruhi oleh endurance ini.
Ramadhan, jika dilihat dari sisi waktunya yang panjang, bisa dianalogikan sebagai marathon. Tapi jika ditilik dari ragam ibadahnya, mungkin cocok dimisalkan dengan triathlon. Apapun itu, keduanya punya titik kesamaan: membutuhkan endurance.
Kesalahan yang sering terjadi adalah menganggap Ramadhan seperti lari sprint. Menjalaninya dengan langsung tancap gas sejak garis start, tanpa mempertimbangkan banyak hal lain, bisa jadi malah membuat kita gagal finish. Sebab kita akan kehabisan energi dan stamina di tengah jalan. Ingat, Ramadhan bukan cuma sehari! Bukan pula hanya 400 meter sprint.
Sebagai ibadah marathon (atau bahkan triathlon), kita perlu strategi untuk menyelesaikan tantangan "lari" Ramadhan ini. Ada energi yang perlu dikelola, kecepatan yang perlu diatur, juga konsistensi, semangat, dan mental yang harus terus dikuatkan.
'Ala kulli hal, untuk bertahan dalam lintasan panjang Ramadhan, kita perlu persiapan. Endurance dalam ibadah tidak datang dengan sendirinya; ia butuh latihan, pembiasaan, dan tekad yang dibangun bertahap. Dengan persiapan yang matang, kita akan mampu (insya Allah, bittaufiq) menyelesaikan marathon ibadah ini dengan baik—meraih pahala berlipat dan pengalaman spiritual yang berkesan.
Akhirnya, semua kembali pada pilihan kita: ingin menyambut Ramadhan sebagai pelari sprint yang hanya fokus pada kecepatan awal, atau marathoner yang siap menyelesaikan lintasan panjang dengan penuh kemenangan? Atau bahkan seperti triathlete, yang mampu memadukan semua kekuatan dalam ragam ibadah yang ditawarkan Ramadhan?
Jadi, mari kita tanyakan pada diri sendiri: sudah sejauh mana kita mempersiapkan endurance ibadah kita? Latihan apa yang sudah mulai kita lakukan agar mampu bertahan hingga garis akhir?
Tapi tunggu dulu, apa sebenarnya "endurance ibadah" itu? Dan bagaimana cara terbaik melatihnya sebelum Ramadhan tiba? Kita akan bahas ini di tulisan berikutnya. 🌙
Persiapan Endurance Ramadhan
Reviewed by Cak Dul
on
14:11
Rating:
Reviewed by Cak Dul
on
14:11
Rating:


Tidak ada komentar:
Syukran telah berkunjung. Silahkan beri komentar membangun.