Puasa dan Safar

Allah memberi keringanan bagi para musafir untuk berbuka di siang hari. Banyak dalil yang menguatkan hal ini. Sebagai gantinya, si musafir harus meng-qodho puasa yang ditinggalkan ketika safar jika ia sudah kembali.

Keringanan ini diberikan kepada semua musafir tanpa kecuali, laki atau perempuan, tua atau muda, kecil atau besar. Hanya saja, sedikit ada penekanan, kebolehan makan dan minum bahkan berjima' bagi musafir diberikan jika situasi dan keadaan yang membolehkan. Artinya, jika perjalanan atau safarnya memang mengharuskan dia untuk melakukan hal tersebut, dengan kata lain, perjalanannya 'berat'.

Banyak keringanan lain bagi musafir. Diantaranya adalah bolehnya 'meringkas' shalat.

Hari ini adalah hari ke 22 Ramadhan. Karena tugas dakwah yang belum bisa ditinggal, saya akhirnya harus rela melakukan safar saat orang lain ramai-ramai mendatangi masjid untuk i'tikaf. Tetapi, saya niatkan untuk tetap bisa mendapatkan i'tikaf sebisa yang saya dapat.

Untuk meringankan beban perjalanan, saya akhirnya memilih menggunakan transportasi udara sebagai alternatif. Walaupun tentunya harus rela mengeluarkan budget lebih. Saya memilih pesawat, sebab insya Allah safar akan lebih ringan, dan bisa tetap berpuasa.

Tetapi, pemandangan aneh saya temukan di bandara dalam penantian saya di ruang tunggu. Seperti bukan bulan Ramadhan, banyak penumpang yang dengan seenaknya makan dan minum di tempat umum tanpa malu dan risih. Tetapi, saya kemudian cepat berprasangka bahwa perjalanan mereka dengan pesawat mungkin masih terasa memberatkan. Jadi, yang ringan pakai jet kali, ya?
Puasa dan Safar Puasa dan Safar Reviewed by Cak Dul on 16:50 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Syukran telah berkunjung. Silahkan beri komentar membangun.

ads
Diberdayakan oleh Blogger.